JAKARTA, Berita HUKUM - Menteri Keuangan (Menkeu) Agus Martowardojo mengatakan laju inflasi pada Februari 2013 yang mencapai 0,75 persen, diluar perkiraan pemerintah yang sebelumnya hanya memprediksi sebesar 0,3-0,4 persen.
"Angka 0,7 persen itu diatas yang kita perkirakan, ini perlu studi apa yang menjadi pendorong (inflasi), dugaan saya terkait dengan pangan," ujar Agus Martowardojo di kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Jumat (1/3).
Menkeu berharap, ke depannya inflasi bisa lebih rendah dari itu. “Kita harapkan lebih rendah dan itu dikisar 0,3-0,4,” tambahnya.
Agus optimistis target pemerintah pada tahun 2013 ini angka inflasi pada kisaran 4.9 persen bisa tercapai. “Ini tantangan kami untuk menglola inflasi kami optimistis bisa capai,” papar Agus.
Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengumumkan, laju inflasi Februari 2013 tercatat mencapai 0,75 persen. Angka inflasi ini merupakan yang tertinggi dibandingkan bulan yang sama dalam sepuluh tahun terakhir. "Inflasi ini memang cukup tinggi dalam sepuluh tahun terakhir," kata Kepala BPS Suryamin dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Jumat (1/3) pagi.
Menurut Suryamin, salah satu penyebab tingginya laju inflasi Februari ini adalah adanya kebijakan pembatasan impor komoditas holtikultura yang dilakukan pemerintah sehingga menyebabkan kenaikan harga.
"Kebijakan pemerintah ini menyebabkan kenaikan harga, padahal permintaan tinggi dan suplai dalam negeri masih menyesuaikan," katanya.
Koordinasi Dengan BI
Menurut Menteri Keuangan Agus Martowardojo, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) akan mengkaji lebih lanjut faktor yang menjadi pemicu tingginya laju inflasi pada awal tahun, sehingga menyebabkan tingkat inflasi tahun kalender 2013 tercatat 1,79 persen.
"Kita kaji dalam pertemuan antara pemerintah dan pembahasan dengan Bank Indonesia, supaya bisa merespon dengan tepat. Tapi 1,7 persen di dua bulan pertama, ini cukup tinggi dan akan kita sikapi," ujar Agus.
Senada dengan Kepala BPS Suryamin, Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro memperkirakan kebijakan pembatasan impor komoditas holtikultura menjadi salah satu penyebab inflasi Februari yang diluar prediksi.
"Mungkin efek dari beberapa harga pangan yang regulasi impornya terganggu. Jadi semua buah dan daging jadi mahal," kata Bambang.
Untuk itu, Kepala BKF mengharapkan adanya kebijakan lain untuk menekan inflasi, dan meminta Kementerian Pertanian untuk mengkaji dampak serta efektivitas dari kebijakan pembatasan impor tersebut.
"Kementerian Pertanian harus memperhatikan, jangan hanya terpaku pada kepentingan swasembada, tapi juga pengaruh ke inflasinya dengan melihat, kalau harga domestik jadi tinggi, yang rugi masyarakat secara keseluruhan," ujarnya.
Bambang mengatakan laju inflasi yang cukup tinggi pada dua bulan pertama tahun 2013 telah menganggu daya beli masyarakat, dan mengharapkan kondisi tersebut tidak terjadi lagi dalam beberapa bulan mendatang.
"Mudah-mudahan dalam Maret-April ini bisa dinetralisir. Secara umum (inflasi) ini karena pembatasan impor yang kurang memperhatikan kebutuhan di dalam negeri," pungkas Bambang.(ant/es/skb/bhc/rby) |